RSS

REVOLUSI MAY

  
   Pagi itu May terburu-buru untuk menyiapkan peralatan sekolahnya. Lagi-lagi dia telat tidur dan akhirnya telat bangun tidur. Malam hari dia selalu saja membaca fan fiction. Tidak hanya itu saja, saat jam kosong di sekolah, ia juga sering membaca fan fiction dibanding mengerjakan tugas dari gurunya. Sahabatnya yang bernama Deva sering sekali memperingatinya, namun tetap saja, karena May memang sudah kecanduan membaca fan fiction.
   “Aduh…gawat, aku bisa telat lagi niiihhh..” kata May dengan suara sedikit berteriak. Mama yang melihat anaknya itupun hanya bisa geleng-geleng kepala. “Makanya jangan tidur malem-malem, masih mending kalau belajar, lha kamu malah baca fan fiction. Nggak bermutu banget tauuukk!” kata Rio yang tiba-tiba saja nongol di meja makan. May hanya bisa cemberut karena kesal. Rio adalah kakak May, dan merupakan mahasiswa di ITB. Rio dan May memang berbeda jauh. Rio merupakan anak rajin dan pintar, sedangkan May adalah anak dengan otak pas-pasan serta malas belajar. Itulah yang menyebabkan Rio sering mengejek May dan membanding-bandingkan dirinya dengan May. Kedua anak itu memang tidak pernah akur, yang ada hanya saling mengejek dan bertengkar.
   “May, sarapan dulu sana, udah tiga hari kamu nggak sarapan pagi di rumah,” kata Mama. “Ma, kalau May makan di rumah, nanti May bisa telat masuk sekolah. May pamit dulu ya Ma..dada Mama..” kata May mengecup tangan Mama. May lalu mengambil motornya dan bergegas meninggalkan rumah. May melihat jam tangannya, pukul 06.55, May semakin mengendarai motornya dengan cepat. Akhirnya sampai juga di depan SMA N 10 Bandung , ia lalu cepat-cepat memarkir motornya dan berlari menuju ke kelas. Saat May duduk di bangkunya, bel tanda masuk pun berbunyi, May hanya bisa menghirup nafas lega.
   “May, apa kamu nggak capek keburu-buru masuk sekolah?” tanya Deva yang heran pada May. “Ya capek lah Va, tapi mau gimana lagi, nggak ada yang bangunin sih. Oiya, ada PR nggak sih?”, “Nggak ada kok, tapi adanya ulangan matematika,” jawab Deva dengan santai. “Yang bener?? Waduh aku belum belajar nih, gawat!!” May bergegas mengeluarkan buku matematikannya disertai pula dengan datangnya Pak.Musthafa guru matematika ke dalam kelas. Semua mengucapkan salam dan hening seketika. “Baiklah anak-anak, sebelum kita memulai ulangan hari ini, seperti biasa tas dimohon diletakkan di depan kelas,” perintah Pak. Musthafa diikuti semua murid. May hanya bisa pasrah dan mengerjakan soal sebisannya.
   Suasana kelas memang hening dan tenang, tapi tidak setenang May. May hanya bisa garuk-garuk kepala. Ia bingung mau mengerjakan soal yang mana dulu, karena baginya soal-soal itu adalah soal maut baginya. “May, kamu bisa nggak? Nih, aku contekin tempatku,” kata Deva mengetahui perasaan May saat itu. “Makasih ya Va,” sahut May dan bergegas menyalin jawaban Deva. Waktu untuk mengerjakan ulangan berakhir, May sedikit lega tetapi banyak menyimpan rasa salah kepada Deva. Deva sering membantunya, tapi dia tidak pernah membantu Deva.
   Bel pulang pun tiba, May mengajak Deva untuk pulang bersama, “Va, bareng yuk!”, “Nggak usah repot-repot May, aku bisa kok naik ojek sendiri, mending kamu pulang terus istirahat, jangan lupa malemnya belajar, kitakan udah kelas XII,” May hanya bisa ngangguk-ngangguk saja, ia menuju parkir mengabil motornya dan bergegas pulang. Suasana rumah sangat sepi, Rio belum pulang kuliah, sedangkan Mama mungkin saja sedang arisan. May menuju kamarnya dan melakukan nasehat Deva
    Tok tok tok, pintu diketuk seseorang. May terbangun dan melihat jamnya. Jam sudah menunjukkan pukul 19.30, May mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi. Brrrruukkkk, May menabrak Rio yang dari tadi mengetuk pintu kamarnya.
“Haduuhh, kakak ini apa-apaan sih di depan pintu orang?” kata May dengan nada kekesalan.
“Aku dari tadi ngetuk pintu kamarmu taukk, seharusnya dibuka pelan-pelan, bukannya langsung diterobos gitu aja,” balas Rio juga kesal.
“Emang kenapa sih kak?”
“Kamu dipanggil Mama tuh, cepetan turun!”
“Iya iya..”
May turun sampil mengelus-elus lututnya yang terbentur lantai karena menbrak kakaknya tadi. “Ada apa Ma?” tanya May setelah menemukan Mamanya yang lagi asyik di dapur. “Mama cuman pengen bangunin kamu aja. Tumben kamu tidur siang, biasanya juga udah nempel sama laptop sampai malem,” tanya Mama heran. “Aku cuman pengen ngelakuin nasehatnya Deva tadi Ma. Kok dia bisa pinter ya, sedangkan aku?” balas May dengan lesu, “yaudah, kamu mandi dulu sana, habis itu makan terus belajar biar pinter kayak Deva,” kata Mama sambil menasehati May. Setelah mandi, May makan malam bersama Mama dan Kakaknya. Kenapa Papanya tidak ada? Karena orangtua May sudah bercerai 5 tahun yang lalu. Suasana makam malam kali ini terlihat tenang, masing-masing dengan pikirannya sendiri. May sedang memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa sepintar Deva tanpa meninggalkan kegemarannya membaca fan fiction. Cukup berat jika dipikir-pikir. Jika May bertanya pada semua orang pasti jawabannya “belajar”, memang jika ingin pintar harus belajar, tapi itu sangat berat bagi May. Setelah makan malam, May bergegas menuju ke kamarnya dan mengambil buku pelajarannya. Sangat membosankan, itulah yang dirasakan May. Sampai akhirnya May tertidur di meja belajarnya.
   Krrriiiiinnnggggggg, alarm berbunyi, kali ini masih pukul 05.00, sebenarnya May masih malas untuk membuka matanya, tapi ia berniat untuk merubah perilakunya. May bergegas mandi, lalu ia menuju kamarnya untuk menyiapkan peralatan sekolah, setelah itu May menyempatkan diri untuk sarapan pagi di rumah, Mama dan Rio melihat May dengan keheranan yang luar biasa. Mereka mungkin hanya bisa bertanya-tanya pada diri meraka sendiri, mengapa May terlihat aneh kali ini. Setelah selesai makan, May tidak lupa pamit kepada Mamanya, lalu mengambil motor dan pergi kesekolah.
   Sampai di sekolah, Pak Wijoyo yaitu satpam sekolah, melongo melihat May datang sangat pagi. May tersenyum dengan bangga,memamerkan keanehannya yang ia buat pagi ini. Sampainya di kelas, May mencoba untuk membaca buku seperti yang dilakukan Deva setiap paginya. Lagi-lagi rasa bosan menyelimuti diri May. Karena bosan, May mengeluarkan Handphonenya, tapi ia bingung apa yang ingin ia lakukan. Akhirnya May pun membuka fan fiction, setelah membacanya May cekikikan sendiri. Tidak lama kemudian Deva datang dengan kaget, ia tidak menyangka ada orang di dalam kelas dan orang itu adalah May yang sedang cekikikan sendiri di dalam kelas. Deva menghampiri May dan bertanya, “May?? Tumben kamu berangkat pagi?”. “Iya dong Va, aku kan pengen kayak kamu,” jawab May dengan santai. “Terus ngapain kamu cekikikan sendiri?” tanya Deva dengan keheranan, “coba deh, baca ini, lucu banget taukk!” jawab May sambil menunjukkan fan fictionnya kepada Deva. Deva cuman bisa geleng-geleng kepala dan duduk di samping May. Seperti biasa, Deva mengeluarkan buku pelajaran dan mulai membacanya. May yang melihatnya merasa iri dengan Deva.
….
   Ulangan semester sudah dekat, May tidak bisa lagi berbuat apa-apa kecuali harus belajar. Belajar memang sangat membosankan. Kali ini Rio bersedia untuk membantu May untuk belajar. “Aku udah baik hati nih, nawarin buat bantu kamu belajar,” katanya dengan penuh kepuasan, “iya tauk, tapi jangan sekali-kali minta imbalan,” tanggap May mengetahui keinginan kakaknya sebenarnya. Rio hanya merengut sambil menggumam sendiri.
   Keesokan harinya, saat sampai di kelas, May langsung mencoba untuk mengeluarkan buku pelajarannya yang membosankan. Karena bagaimanapun juga ia tidak mau bergantung pada Deva dan ingin mendapatkan nilai bagus dengan kerja kerasnya sendiri. Saat pulang sekolah, May merasa sangat lelah, ia pun bergegas menuju ke kamarnya. Saat membukanya, tidak disangka banyak sekali tempelan rumus, dan hapalan lainnya. “Ini pasti kerjaan kakak,” kata May dengan wajah pasrah. May berusaha belajar dengan tempelan-tempelan itu, ternyata tidak membosankan. “Apa ini yang buat kakak jadi pinter? Ternyata tau juga dia,” gumam May sambil tersenyum. Ia tidak menyangka bahwa kakaknya ternyata mempunyai ide cemerlang untuk membantunya. May tidak lagi bosan untuk belajar, ia menambahkan tempelan-tempelan pada dindingnya. Saat mau tidur ataupun bangun tidur, May tetap bisa membacanya tanpa membuka buku, karena baginya yang membuat bosan sebenarnya adalah buku-buku tebal itu. Cara yang menyenangkan untuk belajar. Itulah yang membuat May berubah tanpa meninggalkan kegemarannya membaca fan fiction. May pun memberi imbalan pada kakaknya, karena menurutnya, walaupun kakaknya menyebalkan tetapi bagaimanapun juga dia sudah membantu May untuk tidak bosan belajar.



.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS