RSS

Membuat Masakan Korea "Ala Sendiri"

    Masakan yang satu ini sudah tidak asing di Indonesia. Walaupun bukan negara asalnya masakan ini banyak digemari para kuliner di Indonesia. Masakan ini berasal dari Korea namanya adalah kimchi. Kimchi tidak lain terbuat dari sayur-sayuran yang direndam. Mau buat kimchi ala sendiri? Aku kasih tau ya cara bikinnya :)

Bahan Membuat Kimchi:
• 1 buah sawi putih/ lobak putih yang telah dicuci bersih
• 1 sdm air perasan jeruk lemon
• 1/2 sdm bawang putih yang sudah diparut
• 1/2 sdt gula pasir
• 3 sdt cabai bubuk
• 1 sdm garam
• 1/2 sdt jahe yang sudah diparut
• 1/2 sdt kecap ikan
• 1 sdm ebi udang

Cara membuat kimchi:
1. Taburkan garam pada setiap kuntum sawi putih/ lobak putih hingga merata pada setiap bagian.
2. Biarkan kurang lebih 6 jam/ hingga sayuran nampak layu.
3. Setelah nampak layu cuci hingga bersih.
4. Potong-potong sawi/lobak menjadi beberapa bagian.
5. Campurkan sawi/lobak dengan ebi, bawang putih, cabai bubuk, air jeruk, kecap ikan, jahe, dan garam.
6. Diamkan dalam lemari es satu hari.
7. Setelah satu hari kimchi dapat dinikmati.


Silahkan mencoba...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KISAH SIALKU...

    OOohhhh nnoooooo……..” teriak Nana sembari melihat jam wekernya. Jam sudah menunjukkan pukul 6.50. Nana pun berlari bagaikan mengikuti pacuan kuda. Ia bergegas mandi, lalu kembali ke kamarnya untuk menyiapkan peralatan sekolahnya. “Nana, kenapa kamu lari-lari, nanti kamu bisa jatuh lho..sarapan dulu gih!” perintah Mami pada Nana. “Mi, aku nggak bisa breakfast hari ini, nanti aku bisa telat” kata Nana sambil mencium tangan Maminya, dan bergegas mengambil motor lalu cabut begitu saja.

   Dilihatnya jam yang menempel ditangannya. Lagi-lagi jam membuatnya dihantui rasa khawatir. Ia pun mempercepat kecepatan motornya. Dan akhirnya Nana sampai di sekolah pukul 07.05. Rasa khawatir Nana semakin memuncak, saat dilihatnya seseorang bertubuh besar dan tinggi seakan telah menantinya. “Haduh, matilah aku” kata Nana pada dirinya sendiri. “Mbak Nana, apakabar?” kata orang itu terus menatap Nana tajam-tajam. “Mmmm…aaa..ba..ik Pak” jawab Nana penuh rasa takut. Gawat, aku harus gimana nih, kata Nana dalam hati. Di hadapannya kini hanya ada tatib sekolah, Pak Lukito. Dan yang paling menyebalkannya lagi, tidak ada satu muridpun yang telat kecuali dirinya sendiri. Arrrrgghhh..ini memang hari sialku, gerang Nana dalam hati. Pak Lukito yang dari tadi memandangnya, tiba-tiba bertanya “Kenapa kamu telat hari ini? Apa kamu tidak malu, bahwa yang telat hanya kamu seorang? Mana janji yang sering kamu ucapkan setiap hari Senin? Mana kedisiplinanmu? Dan apakah kamu tidak tahu tata tertib sekolah ini?” Nana hanya terdiam mendengar pertanyaan-pertanyaan itu, ia tidak tahu pertanyaan mana yang harus ia jawab terlebih dahulu. Kenapa Pak Lukito tidak bisa merubah sikapnya saat bertanya pada seseorang. Ia selalu menanyakan sebuah pertanyaan dengan beruntun tanpa memikirkan orang yang ditanya sedang berpikir bagaimana untuk menjawab semua pertanyaan itu.  

   Pertanyaan beruntun itu bagaikan pertanyaan yang diajukan polisi terhadap tersangka yang melakukan kesalahan besar. Akhirnya Nana dengan hati-hati menjawab “Maaf Pak, saya semalam tidur jam 1, dan tadi pagi saya telat bangun, itulah alasan mengapa saya bisa telat hari ini” “Itu alasan yang sudah beribu-ribu kali saya dengar, dan asal Anda tahu Mbak Nana, saya paling benci ada murid terlambat di sekolah ini. Itu bisa mencoreng nama baik sekolah. Anda akan saya kenakan sanksi hari ini. Saya minta anda untuk meminta tanda tangan seluruh pengurus kelas yang ada di sekolah ini, saya beri Anda waktu 2 hari untuk mengumpulkannya. Dan jika Anda terlambat lagi besok, maka saya akan menambah hukuman yang lebih berat” kata Pak Lukito panjang lebar sepanjang rel kereta. “Baik Pak, saya akan menjalankannya” jawab Nana dengan nada lesu. Akhirnya Pak Lukito memberi surat ijin kepada Nana, dan mengijinkan Nana untuk ke kelas.
   Hari berikutnya, Nana mulai mengerjakan hukumannya itu pada jam istirahat pertama dan kedua. Sampai-sampai ia tak sempat jajan dan mengobrol dengan temannya. Ia meminta tanda tangan keseluruh penjuru kelas di sekolah itu. Banyak yang bertanya kenapa Nana melakukan hal konyol seperti itu. Nana hanya bisa menjawab, “itu hukuman dari Pak Lukito”. Dan yang paling menyebalkan lagi, banyak yang menertawakannya. Rasanya ia ingin mengakhiri hukuman itu sekarang juga. Akhirnya hari pertama terselesaikan sudah. Hari itu Nana sudah mendapatkan tanda tangan 15 kelas dari 21 kelas di sekolahnya. Dengan wajah kelelahan, Nana bergerak menuju parkir, dan cepat-cepat mengambil motornya lalu pulang.
   Hari kedua, merupakan hari terakhir yang sangat berat, Nana harus mengumpulkan tanda tangan dari 6 kelas yang tersisa. Nana tidak mau berlama-lama berdiam diri di kelas, saat bel isitrahat berbunyi, ia berlari menuju kelas terakhir yaitu kelas XII. Nana cepat-cepat meminta tanda tangan keseluruh pengurus kelas. Lalu tiba-tiba Nana berhenti di depan kelas yang terakhir. Kelas XII IPA 2. Ia melihat ke dalam kelas dan menemukan sesosok laki-laki bertubuh tinggi, berkulit putih, dan tampan, sedang melihatnya dari dalam kelas. Mata mereka bertemu sesaat, ketika Nana mencoba memalingkan wajahnya ke arah lain. Arrrggghh..kenapa harus dia?? gerang Nana dalam hati. Tapi akhirnya dengan berat hati ia melangkahkan kakinya menuju kelas terakhir itu. Ia meminta tanda tangan pada bendahara, sekretaris, wakil ketua, dan yang terakhir ketua kelas yang menyebalkan yaitu Dicky. Nana menyukai Dicky dari kelas X. Tapi ia telah dipermalukan Dicky dan dirinya sendiri. Hari itu, Ia harus menembak Dicky dihadapan banyak murid agar bisa menjadi pacarnya. Karena Nana sangat menyukai Dicky akhirnya Ia melakukannya. Kisah hidup Nana yang sangat memalukan. Tapi entah kenapa ia benar menyukai laki-laki itu. Karena hal itu juga, Nana menjadi populer di sekolah. Guru-guru pun juga tahu tentang Nana. Benar-benar hari penuh sialku yang memalukan. But..it’s okay..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS